Seperti layaknya seorang gadis kecil yang berusaha untuk tidak senang saat dibelikan boneka. Atau seorang nenek yang berusaha menahan senyum keriputnya saat dijenguk sang anak beserta keluarga. Perasaan itu memang mustahil halnya untuk ditahan, dipendam, apalagi berusaha untuk diaborsi seakan hal itu tak pernah ada. Sekian detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, tak terhitung lagi telah berapa lama aku berusaha untuk memendam ini semua.
Berusaha terlihat cuek. Berusaha untuk tidak memberi perhatian lebih padamu. Berusaha untuk tidak berusaha. Dan yang lebih utama, berusaha berpura-pura bahwa aku tidak mencintaimu. Namun, waktu telah menjawab semua asaku itu. Hari demi hari aku menitikan air mata dalam gelapnya malam dan tersenyum di siang hari agar kau tak tahu, agar dunia tak perlu tahu bahwa seseorang diluar sana telah membuatku jatuh cinta kepadanya. Namun, setiap tetes dari air mataku semakin membuatku tersadar bahwa aku telah jatuh cinta, dan hal tersebut tak mungkin bisa ku sembunyikan.
"Pilihanku sepertinya hanya ada dua, pilih luka dengan menutup mata berpura tidak ada apa-apa atau luka dengan membeberkan semuanya"
Jika hati ini harus kujaga kerahasiaannya guna untuk bisa terus bersamamu, aku yakin aku mampu. Dan jika asa ini harus diminimalisir guna menjaga kerahasian itu, biscaya aku bisa. Namun, jika hati ini harus berpura-pura tidak mencintaimu, maka, Mampukanlah aku, Tuhan.
Mungkin, diam dan keberpura-puraan tak akan menjawab segala pertanyaan yang muncul dari hatiku. Namun setidaknya, mereka tak akan menghancurkan apa yang selama ini kujaga agar tidak hancur. Ya, setidaknya, mereka tidak membuatmu seribu langkah menjauh dariku.
No comments:
Post a Comment