Egoiskah hati jika ingin melulu bersamamu walau kau sudah menetapkan tidak bisa menamai hubungan kita ? Sakitkah aku jika memilih untuk membunuh hati demi untuk bisa terus meniti hari denganmu ?
Namun, mengapa kita masih juga tidak tercipta ?
Mereka bilang, cinta butuh waktu. Aku... Selalu disini di sekian harinya, hingga berubah wujud menjadi tahun. Atau haruskah aku menunggu hingga ia menjelma menjadi dekade ?
Aku selalu berdoa kepada Tuhan. Jika memang aku dan kamu bertemu untuk menciptakan kata kita, maka buatlah kau untuk mempunyai perasaan sekuat aku hingga rela untuk menentang takdir. Namun jika memang kau tak kunjung punya kasih seperti aku, maka aku memohon Dia untuk memberi isyarat kepadaku.
Mungkin, memang aku yang tidak pandai dalam membaca isyarat hingga hati ini masih terus berharap supaya kau mengubah pikiranmu tentang kita. Hingga apa yang kau katakan tentang kemungkinan dimasa depan menjadi kenyataan di masa kini.
Egoiskah hati jika terus membunuh bibit cinta yang ingin bermekaran dan memilih untuk untuk menjaga tangkai kita yang sudah tidak ada harapan ? Namun, setiap yang lain berlomba untuk menunjukan diri, kau bangkit dari koma, dan menggerakan hati untuk terus menjagamu hidup.
Jujur, aku tidak tahu apa yang kuperbuat. Diri ini, mata ini, dan hati ini, sudah terlanjur nyaman dibuatmu hingga tak ingin terbangun. Sudah terlalu lama mereka terlelap dalam rangkulanmu, tak kuat jika harus berjalan kembali. Karna siapa tahu, jika hati sudah menetapkan diri untuk terbangun, aku tidak akan menemukan rangkulan senyaman dan sehangat kau yang memang selalu ada untukku di tahun-tahun terakhir ini.
Namun, apapun yang kulakukan untuk membuat kau berbicara nampaknya sia-sia belaka. Karna memang hingga saat in kau masih tidak mau merubah pikiranmu.
Dan kini, sampailah aku pada masa tak tahu. Tak tahu untuk berbuat apa dan ragu untuk berbuat apa. Beri tahu aku apa yang kau mau. Ya, bukankah itu lebih mudah daripada menggantungkan ku disebuah antara ? Jikalau memang apa yang ku mau dan kau mau berbeda, aku akan mundur perlahan. Karna memang tak mungkin aku memaksa untuk berkeinginan sama seperti mu.
Jika memang kemauan sudah berbicara, aku bisa apa ?
Aku hanya berdoa kepada Tuhan agar aku akhirnya terbangun dari mimpi ini dan akhirnya rela untuk menjalankan kemauanmu yang memang hanya nyaman seperti ini saja.
Namun jika akhirnya hati memilih untuk mundur dari apa yang seharusnya aku jalani, tolong maafkan aku. Jika memang hati tak kuat untuk disakiti, maafkan aku yang masih lemah di sekian tahunnya. Jika memang kita harus berpisah, maafkan aku yang tak mungkin hadir di hari-hari mu yang akan datang.
Karna memang, kemauan kita sudah berbeda. Jika aku terus melanjutkan, aku hanya akan hidup dalam keberpura-puraan. Berpura-pura tidak mencintaimu. Berpura-pura tidak tersakiti. Berpura-pura turut berbahagia untukmu dengannya.
Selalu ada alasan dibalik kepergian seseorang dari hidupmu. Dan alasanku ? Karna aku tak sanggup untuk tersakiti lagi, sebelum akhirnya dia mati karnamu, lebih baik aku memilih pergi darimu. Memang tetap sakit. Tapi kepergianku ini bak kemoterapi. Sakit memang, dan aku juga akan tersiksa akhirnya, namun jika itu jalan yang harus kutempuh demi menghilangkan Kanker Hati karnamu, maka itu adalah jalan yang harus kuambil.
Selamat tinggal, semoga berbahagia dengannya, jangan mencariku lagi, kumohon. Karna ku tahu aku lemah dan tak berdaya untuk menolakmu. Sampai bertemu di kemudian hari, atau bahkan, jangan.
No comments:
Post a Comment