Tuesday, June 11, 2013

Sampai Kapan

Kamu adalah teka-teki hati yang selalu gagal kupecahkan misterinya. Seuntai kertas kecil bertintakan aksara yang setengah terhapus. Segenggam pasir yang selalu ingin kupertahankan namun tetap saja kau larut dan jatuh kembali. Kau adalah kebahagian yang kerap menyakiti hati.

Kadang, aku bertanya kepada Tuhan, mengapa kita harus merasa jika akhirnya kita akan tersakiti ? Mengapa kita harus mempunyai perasaan jika pada akhirnya kita harus memendam dan menguburnya dalam-dalam tanpa punya kesempatan untuk mengutarakannya ? Aku bahkan berfikir mungkin lebih baik aku tidak merasa jika akhirnya perasaanku akan memperkenalkanku pada kesengsaraan. Kadang aku berfikir lebih baik untuk membenci, namun mengapa aku masih saja tak bisa ?

Jatuhkan aku dari tangga cinta ini, hingga akhirnya aku sampai pada titik jenuh. Ingin rasanya aku melewati fase ini, membalap semua perasaan hingga sampailah aku pada akhir bahagia. Andai air mata yang diproduksi oleh lakrimal bisa menguap tanpa harus keluar, hingga tak perlu aku menangis untukmu setiap harinya. 



Pantaskah diriku ini mengharapkan suatu yg lebih dari hanya sekedar perhatian dari dirimu yg kau anggap biasa saja ?
Atau mustikah ku simpan dalam diri lalu kuendapkan rasa ini terus selama-lamanya ?



Kata mereka, otak adalah pusat koordinasi. Sudah berulang kali logika ini menyuruh perasaan untuk berjalan menjauh darimu. Namun mengapa ia masih saja betah berada disisimu yang tak pedulikan aku ? Sudah berulang kali hati tersakiti, seharusnya ia menyerah bukan ? Atau, perasaan ku sudah berubah menjadi batu dan tak mau mendengarkan perintah otak ? Ah, namun batu saja bisa rapuh terkikis air. Namun mengapa hatiku nampaknya tak juga lelah ?

Entah sampai kapan aku akan terus terkatung dalam buaian fatamorgana cintamu. Yang terkadang nampak namun tak jarang juga ia bersembunyi. Entah sampai kapan hati akan terus mengigaukan namamu dalam mimpi indahnya bersamamu. Walau hanya di dalam mimpi, bolehkah aku mengharap keberadaanmu untuk terus bersamaku dalam keabadian ?



Ada engkau rasakan, mengapa tak engkau nyatakan ?
Ku akui ku rasakan, suatu saat kan ku katakan.
Sampai kapan ku bertahan tuk menantikan kepastian ?



Ada kalanya aku merasa untuk melangkah meninggalkanmu dikotak masa lalu. Namun entah kenapa, sebagus apapun isi kotak masa depan, aku selalu kembali kepadamu. Teruntuk kamu yang tak pernah absent keberadaannya di hatiku, apa yang harus kulakukan ? Karna sekarang, aku hilang arah dan tak punya petunjuk.

No comments:

Post a Comment