Friday, July 25, 2014

A Honest Confession Of A Brokenhearted Girl



"When was the last time you thought of me ? Or have you completely erased me from your memory ? I often think about where i went wrong. The more i do, the less i know. But don't you remember the reason you loved me before ? I gave you the space so you could breathe, i kept my distance so you would be free. And hoped that you'd find the missing piece to bring you back to me. Baby please remember me once more"


Ini bukan post melankolis dengan bahasa puitis seperti yang biasa saya tulis. Saya disini pure hanya ingin mencurahkan isi hati saya, tanpa perlu rasa dikasihani. Sebuah jeritan hati dari seorang gadis yang sangat mencinta dan dihancurkan dalam hitungan detik.

Lucu, bagaimana yang dulunya selalu didamba-dambakan menjadi masa depan bisa dihempaskan begitu saja dan di cap sebagai masa lalu. Tidak, dunia tidak adil. Selalu ada yang tersakiti dan menyakiti. Yang menyakiti, dengan mudahnya membuka lembar baru, mencampakkan yang tersakiti semudah itu, memporak-porandakan hidup seseorang segampang itu. Dan yang tersakiti, merong-rong untuk hidup, bernafas saja sulit, kehilangan akal, berusaha menyusun semua potongan-potongan memori untuk mencari tahu apa yang salah. Adil ? 

Dan sungguh, aku tidak hiperbola saat aku mengatakan kehilangan akal. Bagaimana tidak ? Makan tidak bisa, tidur juga tak bisa, yang kulakukan hanyalah melamun. Aku tetap melakukan aktivitas, karna teman dan keluarga ku berkata begitu. Tapi sungguh, hanya badan ku yang beraktivias, pikiran ku tetap tertinggal di hari dimana kau memutuskan untuk meninggalkanku begitu saja tanpa bisa kucegah. 

Aku tidak pernah membiarkan seseorang untuk masuk kedalam kehidupanku sejauh dan sedalam ini. Sungguh, aku bukan seorang gadis yang mudah mencinta, aku hanya pernah mencinta 2 kali. Dan saat aku mencinta pertama kali, butuh waktu 2 tahun lebih untuk akhirnya bisa pulih dan berjalan kembali. Kemudian dia datang, meyakinkan ku bahwa 8 tahun lagi kami akan bersama selamanya, setiap hari bersama, menjadi imamku. Sungguh, aku baru menyayangi mu setelah 1 bulan lebih kita bersama. Namun aku tak pernah benarbenar menyayangi seseorang sedalam ini.

Yang aku tahu hanyalah aku mempunyai 8 bulan yang sangat bahagia denganmu. Sungguh, 8 bulan itu merupakan harihari terbaik dalam hidupku. And the next thing i know, 3 bulan kemudian merupakan harihari terburuk, tergelap, tersedih yang pernah kualami. Sudah 3 bulan, sejak kau pergi, dan aku masih menangis menjerit-jerit setiap harinya, masih memikirkanmu tanpa jeda, masih bertumpu pada masa dimana aku dan kamu berbaur menjadi kita

Aku harus berhenti, percayalah aku ingin, tak ada yang ingin kulakukan lebih dari bisa menyebutmu sebagai masa lalu ku. Sungguh, aku ingin berhenti mencintaimu. Aku tidak tahu caranya. Butuh waktu 2 tahun untuk aku pulih sebelumnya, kali ini aku tak tahu akan butuh berapa lama jika rasa sayangku sedalam ini.

Mungkin pada titik kau membaca paragraf ini kamu akan berpikir "wanita ini kenapa sih ?" Kamu tahu apa yang lebih menyakitkan dari patah hati ? Saat seseorang menghancurkan hidupmu, merenggut segalanya darimu, merampas semua rasa bahagiamu, dan membuatmu kehilangan akal, dan yang ia ceritakan ke temantemannya adalah "gue illfeel sama dia" 

Itu yang kau ucapkan setelah menghancurkan hidup seseorang ? Sungguh, aku kira kamu yang seharusnya paling mengerti arti kehilangan seseorang yang kau sayangi. Semudah itu, sejahat itu.

Dan aku pun telah sampai kepada titik dimana aku mulai mepertanyakan kehadiran dan arti cinta. Bodoh, untuk apa kau mencinta begitu dalam bila akhirnya hanya dapat disakiti ? Tidak, aku tidak mau lagi jatuh cinta bila akhirnya sesakit ini. 

You had no idea how deep you've hurt me. Really, this post can't even describe a quarter of it.

Untuk semua pria diluar sana yang berhasil membaca post ini sampai paragraf ini, saya mohon jaga hati wanita tersayang kalian. Sungguh, kalian tak mengerti rasa sakit yang kalian timbulkan ketika kalian pergi dari hidup mereka dan mencemooh saat mereka gundah akan kepergian anda. Rasa sakit pun tak cukup untuk menggambarkannya.

No comments:

Post a Comment