Sunday, October 5, 2014

Peri Cintaku





Although you made my heart sing
to stay with you would be wrong.



Bagaimana jika Tuhan memberikan kita jodoh berbeda kepercayaan ?
Haruskah kita membelokkan mata hati ?
Haruskah kita menutup mata dengan kain beratasnamakan kepercayaan ?
Membiasakan diri dengan cinta tak sepenuh hati, karna berakhir dengan yang bukan jodoh kita ?
Walau pada akhirnya datang sebuah pertanyaan "kamu lebih mencintai Penciptamu atau ciptaanNya ?" 
Jika pada akhirnya tak ada yang menyerah dalam mempertahankan kepercayaannya
Apa mungkin kita berjalan di garis ini saja, dangan angan mempertanyakan satu sama lain.
"Aku berlutut, kamu bersujud" begitu ucapmu.
Aku tahu diantara kita tak mungkin ada yang menyerah dengan konsekuensi dikucilkan keluarga.
Karna yang paling penting memang keluarga, bukan ?
Lalu kita harus apa ?
Menyerah begitu saja ?
Ah, maaf, salahku.
Kita bukannya menyerah.
Tapi diharuskan untuk menyerah.
Lepaskan lah, begitu ujar mereka.
Lalu haruskah aku melepasmu pergi karna kita memang tak bisa mengucap ikrar cinta di tempat suci yang sama ?
Jikalau Mekah dan Katedral bernyawa, akankah mereka jatuh cinta ?
Apa memang tak sama dalam budaya pun kepercayaan membuat kita terlarang dalam mencintai satu sama lain ?
Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi ?
Ah, pilu hati ini rasanya.
Kita yang mustahil bersatu karna berbeda.
Dua insan yang saling mencinta. Namun tahu tak seharusnya mereka saling mencinta.
Mereka harus berhenti mencinta, karna terpaksa. Karna dipaksa.




Tuhan memang satu, kita yang tak sama




No comments:

Post a Comment