"selamat malam, manis" | "........."
Kata orang, kalau kita benar-benar mencintai seseorang, maka rasa cinta itu tak akan pernah hilang dari hati kita. Kata aku, itu bohong. Kalau kau tanya apakah aku masih mencintainya, aku pasti akan menjawab tidak, dan itupun adalah sebuah fakta. Apakah kalau begitu aku tidak pernah benar-benar mencintainya ? Pernah. Dahulu. Sebelum ia datang. Karna kalau memang cinta tak akan pernah terhapus, maka cinta mu akan terbagi-bagi. Namun bagiku, cinta itu kamu.
"and out of the blue, you came. Shine a little light on a cloudy day. Baby, you could make a broken heart go away."
Namun, seperti kisah cinta lainnya. Tidak ada yang sempurna, dan penuh dengan perjuangan. Kisah ini pun gagal untuk ditulis. Ralat, untuk menulis kata "Happy Ending" di halaman terakhir dari kisah ini, maksudku. Mungkin memang ini jalan yang terbaik, Tuhan memperlihatkan aku siapa dia sebenarnya sebelum aku mendapat waktu untuk mengenalnya lebih jauh. Tanpa perlu usaha banyak untuk menerka sisi buruknya. Tuhan secara gamblang memperlihatkannya padaku. Sakit, memang. Namun, daripada terlambat. Daripada semua itu sudah menjadi tumor yang tumbuh di hatiku. Lebih baik kebenarannya muncul diawal daripada aku harus merasakannya saat tumor itu berpotensi lebih besar untuk membunuhku.
"kebaikan itu hanya hidup di hari lampau. Yang ada di hari esok hanyalah harapan dan ruang hampa yang mengelilinginya"
Tak kunjung hentinya aku berucap syukur. Memang, ini adalah sebuah kisah yang pahit. Memang, aku tak mampu untuk menuliskan kisah ini lebih panjang. Karna memang, kisah ini tak berlanjut. Atau tepatnya, tak mau aku lanjutkan. Karna jika aku melanjutkannya, maka itu sama saja seperti aku menyuntik virus mematikan ke dalam tubuhku. Namun, aku bersyukur karna Tuhan tak ingin aku terluka lebih lama, dan lebih dalam. Karna Tuhan ingin aku berakhir dengan seorang lelaki yang baik, yang memperlakukan ku istimewa, yang berani membantuku untuk berjuang. Jikalau ditanya apakah rasa sakit itu masih ada, jawaban ku pasti masih sama dengan pertama kalinya pertanyaan itu dilontarkan. Ya, rasa sakit itu masih ada. Namun, perasaan untuk mengambil hikmah dari kejadian ini lebihlah dominant jika dibanding dengan rasa sakit itu. Rasa sakit itupun belum seberapa jika Tuhan tidak membuka mata hati telinga ku dan menyembunyikan kebenaran itu. Dia memang maha adil. Karna dibalik kejadian buruk, entah sepahit apapun rasa itu, yakinlah bahwa Dia sudah menata semua urutan peristiwa begitu rapih, hingga tak akan ada yang terlewatkan oleh kita. Termasuk, masa baik itu sendiri
P.S: ♪ A Beautiful Mess - Jason Mraz
No comments:
Post a Comment