"akhir-akhir ini aku merasa kalau usaha yang aku kerjakan sekarang ini hanyalah sia-sia. Aku sudah tidak pernah tidur lebih dari 6 jam. Namun, kenapa semua usahaku itu berakhir tanpa hasil ?" | "kamu yang memilih jalan ini. Mungkin Tuhan sedang mencobamu, menguji kesabaranmu. Ia sedang berusaha menggodamu apakah kau benar-benar menginginkan apa yang sedang kau usahakan atau tidak"
Kata orang, hidup itu penuh usaha. Tidak pernah sedetik pun kita berhenti berusaha. Bernapas untuk bertahan hiduppun perlu usaha. Lalu, kapan aku akan istirahat ? Capai. Capek. Jenuh. Dan letih. Mengeluh dan terus mengeluh. Seakan 1 eluhan akan mengurangi 1 beban dalam hidupku. Punya waktu untuk bersenang-senang pun sudah jarang. OhTuhan... Kapan aku akan tersenyum ? Apakah ini saat-saat dimana Kau mecoba ku ?. Seakan, aku ingin menyebrangi sungai dengan lebar yang terbilang luas dengan arus air yang begitu kencang, tanpa menggunakan alat bantu sama sekali. Kapan aku akan berhenti menangis ? Kapan aku akan berhenti mengeluh ? Kapan aku akan bisa tertawa lepas tanpa beban seperti dulu ?
"bermimpi itu gratis mewujudkannya yang tidak gratis"
Kadang, pernah terpikir olehku apa tujuan dibalik semua kerja kerasku ini. Lalu aku teringat seseorang pernah mengatakan padaku bahwa garis akhir dari hidup kita adalah untuk melihat senyum bangga yang tergambar halus di sudut bibir orangtua kita. Lalu fikiranku beranjak jauh dari saat ini. Angan ku tentang diri ini yang baru saja melewati garis akhir dan disana aku melihat kedua orangtua ku yang tersenyum hangat, memelukku dalam hangat dan lembutnya kasih sayang yang tanpa sadar mereka pancarkan dari dalam diri mereka. Dan dalam perjalanan ku menuju garis akhir itu, mereka tak pernah henti untuk menyemangatiku, meneriakan namaku, membangunku jikalau aku terlelap , dan mengingatkanku atas hasil yang sedang aku tuju.
"seberapa lama kalian akan terus menungguku ? Bukankah kalian lelah ?"
Mungkin, kata lelah pun tak ada didalam kamus besar bahasa Indonesia mereka. Mungkin, kata itu hanya terdapat pada kamusku. Karna, seingatku, mereka tak pernah merasa lelah. Dan mereka pun tak pernah meminta banyak padaku. Mereka hanya minta tolong untuk menyalakan senyum kebanggaan tersebut. Ma,Pa, maafkan aku jika mungkin kalian harus menunggu sedikit lebih lama. Tapi aku berjanji, suatu saat aku akan menemukan tombol untuk menyalakan senyum itu. Walaupun laut berombak, jalan melingkar, dan labirin tanpa akhir, aku, anakmu, akan terus berusaha untuk menyelesaikan tugasku. Aku akan berusaha untuk tersenyum dalam gelapnya badai tanpa satu eluhan yang diucapkan olehku.
p.s: Smile by Charlie Caplin
No comments:
Post a Comment