Thursday, December 27, 2012

Terik Sinar yang Menyakitkan

"cinta itu membutakan" | "cinta yang sesungguhnya tidak pernah membutakan. Hanya terkadang, sisi ego manusia yang membuat kita dibutakan oleh cinta."

Cinta adalah cinta. Satu kata yang bermakna banyak. Mengandung banyak perasaan. Berunsur atas kemurnian dan ketidaksempurnaan. Terlepas dari itu, cinta adalah kamu. Namun kamu adalah kamu. Seseorang yang memang tidak ditakdirkan untuk menjadi "the one" untukku. Dan entah ditakdirkan untuk siapa. Namun takdir itu sudah tertulis diatas kertas perjanjian yang diatasnamakan Tuhan. Melawan takdir itu tabu halnya. Namun, memperjuangkan cinta yang hanya berdiri di satu pihak itu lebih tabu halnya.

Kamu adalah senandung yang tak pernah kudengar. Lalu kemudian, kamu hinggap di hatiku, merasuki pikiran, hingga merusak akal sehatku.

Terlalu banyak perandaian didunia yang tidak pasti ini. Dan kamu, adalah salah satu perandaian ku. "andai kita bertemu lebih cepat" "andai status kita sederajat" "andai aku dan kamu sama. Sama-sama saling mencintai" dan andai-andai menyakitkan lainnya. Satu-satunya cara untuk menjawab semua perandaian itu adalah dengan berusaha. Berusaha untuk mencoba hal ya sebaliknya dari perandaian itu tadi.

Kamu adalah sehembus nafas yang terurai di dinginnya malam ini. Bersatu kontras dengan cuaca. Menghangatkan jiwa yang keriput. Namun pergi dengan begitu cepat. Dan tergantikan kembali oleh angin malam. 

Kamu begitu sempurna. Kau tokoh tanpa cacat. Kau pangeran impianku. Kau bahkan tak perlu berusaha banyak untuk mengubah 'X' menjadi 'V' pada daftar panjangku. Karna kau memang sudah sempurna sedari awal kita bertemu. Semua yang aku mau, ada pada dirimu. Namun kesempurnaanmu telah menyilaukan cinta. Sehingga ia buta dibuatnya. Sehingga ia berjalan melewati ku tanpa lupa memperkenalkan ku kepadamu. Kesempurnaanmu juga menyilaukanku. Namun, aku membutuhkanmu. Kau bak matahari ang menjadi sumber kehidupanku. Namunkau terus berjalan menjauh tanpa memperdulikan teriakanmu. Dan aku. Ya, aku ada dibelakangmu. Berlari mengejarmu. Tersilaukan oleh kesempurnaanmu. Dan melupakan fakta, bahwa kau bukan matahari dari galaksiku, hanya saja, sinarmu lebih terik dibanding yang lain.

Kita bersama di satu tempat dan satu waktu. Menghirup udara yang sama. Namun merasakan cinta yang berbeda. Dan mengelukan nama yang berbeda. Benang merah itu ada disana, perlahan menarik diri untuk mebatasi kita.

Mensyukuri itu berbeda dengan menerima. Mensyukuri itu adalah saat kamu sudah melakukan segala hal untuk mendapatkan apa yang kamu mau, namun Tuhan berkehendak lain. Maka yang bisa kau lakukan hanyalah mensyukurinya. Perandaian itu sudah berubah menjadi kenyataan. Usahaku memang tidak bisa mengubah takdir kita. Dan inilah status kita. Tidak pernah dan tidak akan pernah berubah. Mungkin di lain waktu, kita akan bertemu kembali. Tidak sebagai sepasang kekasih, namun sebagai seseorang yang bersyukur bahwa kita tidak memaksa untuk merubah takdir. Saling berpegangan tangan. Tidak dengan satu sama lain. Namun, ada dua tokoh baru disitu. Bukan tokoh pembantu, melainkan tokoh utama. Karna sejujurnya, kamu lah pemeran pembantu dihidupku. Dan aku bersyukur atas itu, karna kamu telah membantuku mencari pemeran utama dalam hidupku. Karna aku, selankah lebih maju.





p.s: Skyfall - Adele

No comments:

Post a Comment