I miss you, like everyday.
Wanna be with you, but you're away.
I said I miss you, missing you insane.
But if I got with you, could it feel the same?
Pagi itu, aku terbangun dengan jarak diantara kita. Ribuan kilometer yang memisahkan kita dari satu dan yang lainnya. Yang semestinya bersatu. Jarak yang kemudian menciptakan persepsi dan praduga yang buruk. Yang kemudian menumbuhkan rindu yang tak karuan. Bak parasit yang memakan sari di hatiku.
Jarak itu mencoba kita. Entah untuk tetap bertahan denga segala cobaan yang ada atau memilih jalan sebaliknya dan menyerah. Mungkin memang hati ini kurang kuat untuk dicoba. Atau memang aku terlalu mencintaimu hingga tak rela untuk berjauhan darimu.
Rasa rindu ini menggerogoti hati setiap hari. Memakan waktu, tak lupa pikiran. Aku rindu, namun tak bisa. Semudah itu. Aku rindu, namun kau tak disini. Aku rindu. Sangat rindu. Namun aku hanya bisa melihatmu melalui layar. Layar yang bahkan sekarang sudah tak bergerak. Yang menampilkan sosokmu yang mematung tersenyum di kaca datar itu.
Aku selalu meyakinkan diri bahwa aku kuat, dan kita bisa bertahan. Namun asa ini selalu terpatahkan oleh terpaan rindu yang tak tertahankan. Logika ku terus berkata lebih baik untuk terus melangkah melaju daripada terus merindukan sosokmu yang jauh disana. Lebih baik begini. Kau disana, dan aku disini. Tanpa ada hubungan.
I thought that things like this get better with time.
But I still need you, why is that?
You're the only image in my mind, so I still see you around
Namun mengapa rindu ini terus bergejolak dihati ? Mengapa ia tak kunjung padam ? Padahal kita sudah sama-sama memutuskan untuk memilih jalur yang berbeda. Mengapa masih bayangmu yang muncul dibenakku setiap kali lagu cinta bersenandung ? Mengapa sosokmu tak kunjung keluar dari benakku ? Mengapa... Aku masih merindu ? padahal kau sudah tak di sisi.
Bisakah aku menarik semua perkataanku ?
Bisakah kita bersama kembali ?
Bisakah kita kembali ke masa saat kita masih bersatu ?
No comments:
Post a Comment